Rabu, 26 Oktober 2016

SESI #2 MENJADI IBU PROFESIONAL, KEBANGGAAN KELUARGA



[🙋MENJADI IBU PROFESIONAL, KEBANGGAAN KELUARGA🙋]
Apa kabar bunda dan calon bunda peserta matrikulasi IIP batch #2? Pekan ini kita akan belajar bersama
a. Apa Itu Ibu Profesional?
b. Apa itu Komunitas Ibu Profesional?
c. Bagaimana tahapan-tahapan untuk menjadi Ibu Profesional?
d. Apa saja indikator keberhasilan seorang Ibu Profesional?
🍀APA ITU IBU PROFESIONAL?
Kita mulai dulu dengan mengenal kata IBU ya. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia Ibu itu memiliki makna 1 perempuan yang telah melahirkan seseorang; 2 sebutan untuk perempuan yang sudah bersuami;3 panggilan yang takzim kepada perempuan baik yang sudah bersuami maupun yang belum; 4 bagian yang pokok (besar, asal, dan sebagainya): -- jari; 5 yang utama di antara beberapa hal lain; yang terpenting: -- negeri; -- kota;
Sedangkan kata PROFESIONAL, memiliki makna 1 bersangkutan dengan profesi; 2 memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya: ia seorang juru masak --;
Berdasarkan dua makna tersebut di atas, maka IBU PROFESIONAL adalah seorang perempuan yang :
a. Bangga akan profesinya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya.
b.Senantiasa memantaskan diri dengan berbagai ilmu, agar bisa bersungguh –sungguh mengelola keluarga dan mendidik anaknya dengan kualitas yang sangat baik.
🍀APA ITU KOMUNITAS IBU PROFESIONAL?
Adalah forum belajar bagi para perempuan yang senantiasa ingin meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang ibu, istri dan sebagai individu.
🍀MISI KOMUNITAS IBU PROFESIONAL
1.Meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi
guru utama dan pertama bagi anaknya.
2. Meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya
sehingga menjadi keluarga yang unggul.
3. .Meningkatkan rasa percaya diri ibu dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini. Sehingga ibu bisa produktif dengan bahagia, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya
4. Meningkatkan peran ibu menjadi "change agent" (agen pembawa perubahan), sehingga keberadaannya akan bermanfaat bagi banyak orang.
🍀VISI KOMUNITAS IBU PROFESIONAL
Menjadi komunitas pendidikan perempuan Indonesia yang unggul dan profesional sehingga bisa berkontribusi kepada negara ini dengan cara membangun peradaban bangsa dari dalam internal keluarga.
🍀BAGAIMANA TAHAPAN-TAHAPAN MENJADI IBU PROFESIONAL?
Ada 4 tahapan yang harus dilalui oleh seorang Ibu Profesional yaitu :
a. Bunda Sayang
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi guru utama dan pertama bagi anak-anaknya
b. Bunda Cekatan
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya sehingga menjadi keluarga yang unggul.
c. Bunda Produktif
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu, dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini. Sehingga ibu bisa produktif dengan bahagia, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya
d. Bunda Shaleha
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan peran ibu sebagai agen pembawa perubahan di masyarakat, sehingga keberadaannya bermanfaat bagi banyak orang.
🍀APA INDIKATOR KEBERHASILAN IBU PROFESIONAL?
“Menjadi KEBANGGAAN KELUARGA”
Kalimat di atas adalah satu indikator utama keberhasilan seorang Ibu Profesional. Karena anak-anak dan suami kitalah yang paling berhak pertama kali mendapatkan ibu dan istri yang terbaik di mata mereka.
Maka yang perlu ditanyakan adalah sbb :
BUNDA SAYANG
a. Apakah anak-anak semakin senang dan bangga dididik oleh ibunya?
b. Apakah suami semakin senang dan bangga melihat cara istrinya mendidik anak-anak, sehingga keinginannya terlibat dalam pendidikan anak semakin tinggi?
c. Berapa ilmu tentang pendidikan anak yang kita pelajari dalam satu tahun ini?
d. Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan bersama anak-anak?
BUNDA CEKATAN
a. Apakah manajemen pengelolaan rumah tangga kita menjadi semakin baik?
b.Apakah kita sudah bisa meningkatkan peran kita di rumah? Misal dulu sebagai “kasir” keluarga sekarang menjadi “manajer keuangan keluarga”.
c.Berapa ilmu tentang manajemen rumah tangga yang sudah kita pelajari dalam satu tahun ini?
d.Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan dalam mengelola rumah tangga
BUNDA PRODUKTIF
a. Apakah kita semakin menemukan minat dan bakat kita?
b. Bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita tersebut?
c. Apakah kita merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excellent) di ranah minat dan bakat kita ini?
d. Bagaimana cara kita bisa produktif dan atau mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga?
BUNDA SHALEHA
a. Nilai-nilai apa saja yang kita perjuangkan dalam hidup ini?
b. Apa yang ingin kita wariskan di muka bumi ini, yang tidak akan pernah mati ketika kita tiada?
c. Program berbagi apa yang akan kita jalankan secara terus menerus?
d. Apakah kita merasa bahagia dengan program tersebut?
Selamat berproses menjadi Ibu Profesional, dan nikmatilah tahapan-tahapan belajar yang bunda dan calon bunda rasakan selama mengikuti program pendidikan di Ibu Profesional ini dengan segenap kesungguhan
Seperti pesan pak Dodik kepada Ibu Septi untuk meyakinkan beliau tentang pentingnya kesungguhan menjadi seorang Ibu sbb:
“Bersungguh-sungguhlah kamu di dalam, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu, tidak ada hukum terbalik” -Dodik Mariyanto
Salam Ibu Profesional
/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/
📚SUMBER BACAAN:
Kamus Besar Bahas Indonesia, Edisi keempat, Balai Pustaka, Jakarta, 2008
Hei, Ini Aku Ibu Profesional, Leutikaprio, cetakan 1, 2012
Bunda Sayang, Seri Ibu Profesional, Gaza Media, cetakan 1, 2013
Bunda Cekatan, Seri Ibu Profesional, Gaza Media, cetakan 1, 2014
Bunda Produktif, Catatan Ikhtiar Menjemput Rizki, Seri Ibu Profesional, J&J Publishing, cetakan 1, 2015

Link Video penjelasan ibu Septi Peni Wulandani
https://www.youtube.com/watch?v=hmLVcXK658Y&feature=youtu.be



Iniartini_Bengkulu

Sesi #1 Adab Menuntut Ilmu


Sesi #1 Adab Menuntut Ilmu

Dengan mengucapkan Bismillahhirrahmannirrahim, Kelas Matrikulasi batch 2 untuk Korwil #7 Kota Gabungan, Asean dan Non Asean kota di buka pada Senin, 17 Oktober 2016 pk 8.00 WIB.
Semoga ilmu yang kita dapat selama 8 minggu ke depan menjadi berkah bagi diri kita, keluarga dan masyarakat. Insya Allah.
Person in Charge minggu ini adalah:
Shanty Dewi Arifin - Bandung (Fasilitator/FiC)
Desty Eka Putri Sari - Leiden (Ketua Kelas/KK)
Resi Utami Putri - Palembang (Koordinator Mingguan/KM)

Tujuan

Para peserta matrikulasi memahami dan mampu melaksanakan adab-adab dalam menuntut ilmu baik di dunia daring (online) maupun di dunia nyata (offline)
Para peserta matrikulasi memahami dan mampu melaksanakan adab terhadap diri sendiri dalam menuntut ilmu
Para peserta matrikulasi memahami dan mampu melakasanakan adab kepada yang memberikan ilmu.
Para peserta matrikulasi memahami dan mampu melaksanakan adab kepada ilmu dan sumber ilmu itu sendiri selama menuntut ilmu

Materi Sesi #1

Materi disampaikan pada Senin, 17 Oktober 2016, pk 8.00 wib.
Adab Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.
Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya.
Karena ILMU itu adalah prasyarat untuk sebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU.
ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi yang ingin mencarinya.
Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.
Mengapa para Ibu Profesional di kelas matrikulasi ini perlu memahami Adab menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain?
Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan
Para ibulah nanti yang harus mengamalkan ADAB menuntut ilmu ini dengan baik, sehingga anak-anak yang menjadi amanah para ibu bisa mencontoh ADAB baik dari Ibunya

ADAB PADA DIRI SENDIRI
a. Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk
Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.Karena ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati.
b. Selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu, Hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline.
c.Menghindari sikap yang “merasa’ sudah lebih tahu dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan.
d.Menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajarinya dengan cara mengulang-ulang, membuat catatan penting, menuliskannya kembali dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.
e. Bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas yang diberikan setelah ilmu disampaikan. Karena sejatinya tugas itu adalah untuk mengikat sebuah ilmu agar mudah untuk diamalkan.

ADAB TERHADAP GURU (PENYAMPAI SEBUAH ILMU)
a. Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, menaruh rasa hormat kepadanya, disertai mendekatkan diri kepada DIA yang Maha Memiliki Ilmu dalam berkhidmat kepada guru.
b. Hendaknya penuntut ilmu tidak mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan, jangan pula membarengi guru dalam berkata, jangan memotong pembicaraan guru dan jangan berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara. Hendaknya penuntut ilmu penuh perhatian terhadap penjelasan guru mengenai suatu hal atau perintah yang diberikan guru. Sehingga guru tidak perlu mengulangi penjelasan untuk kedua kalinya.
c. Penuntut ilmu meminta keridhaan guru, ketika ingin menyebarkan ilmu yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan ke orang lain, dengan cara meminta ijin. Apabila dari awal guru sudah menyampaikan bahwa ilmu tersebut boleh disebarluaskan, maka cantumkan/ sebut nama guru sebagai bentuk penghormatan kita.
ADAB TERHADAP SUMBER ILMU
a. Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari.
b. Tidak melakukan penggandaan, membeli dan mendistribusikan untuk kepentingan komersiil, sebuah sumber ilmu tanpa ijin dari penulisnya.
c. Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga.
d. Dalam dunia online, tidak menyebarkan sumber ilmu yang diawali kalimat "copas dari grup sebelah" tanpa mencantumkan sumber ilmunya dari mana.
e. Dalam dunia online, harus menerapkan "sceptical thinking" dalam menerima sebuah informasi. jangan mudah percaya sebelum kita paham sumber ilmunya, meski berita itu baik.
Adab menuntut ilmu ini akan erat berkaitan dengan keberkahan sebuah ilmu, shg mendatangkan manfaat bagi hidup kita dan umat.

Referensi :
Turnomo Raharjo, Literasi Media & Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2012.
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (pendidikan dalam perspektif hadis), Jakarta: Amzah, 2014, hlm. 5
Muhammad bin sholeh, Panduan lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta, 2015

Materi Pendukung

Video Overview Kelas Matrikulasi dari Bu Septi Peni https://www.youtube.com/watch?v=efDr2HKKkgQ&feature=youtu.be


Diskusi Materi Sesi #1

#1 Pertanyaan Arlisa Febriani – Lund, Swedia dan Linda Kurniawati, Purwokerto
Mengutip kata dari bu Septi "ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan", jadi bagaimana cara menularkan adab menuntut ilmu kepada anak (untuk usia balita, remaja, maupun dewasa)?
Jawaban Tim Matrikulasi:
Maksud dari ditularkan adalah memberikan TELADAN kepada anak, bukan sekedar memberi pengajaran melalui verbal bunda, karena "Anak bisa saja salah memahami yang kita ajarkan kepadanya, tapi anak takkan pernah salah mengcopy perilaku kita."
Contohnya: adab makan menggunakan tangan kanan dan tidak berdiri.
Kita sudah setiap hari berbicara hal itu, tapi kita lupa setiap makan snack masih berdiri. Jangan berharap anak akan makan sambil duduk seperti arahan pengajaran verbal yang selalu kita dengungkan, terkadang justru anak yang mengingatkan 'Mah, kalau makan duduk.’ Jadi, mari kita mulai dr diri kita dahulu.
Contoh lain: adab kepada guruSaya memahami guru adalah semua orang di kehidupan ini yang memberikan ilmu, hikmah, kepada kita. Misal, ketika sedang diberikan arahan oleh suami, kita hanya mendengar dengan ogah-ogahanan atau menjawab sekecap-sekecap. Jangan berharap ketika di sekolah anak bisa punya adab yang baik kepada gurunya, walau setiap hari kita berkata 'hormati gurumu'.
Tanggapan Shanty, Bandung:
Kalau bisa tetap konsisten jadi teladan itu keren sekali. Saya yakin suatu saat mereka akan paham. Anak balita menurut pengalaman saya belum lah sempurna daya pikirnya. Saya pribadi sih tidak terlalu kaku untuk anak usia dibawah 7 tahun. Apalagi 5 tahun. Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Tanggapan Erli Oktania, Batam:
Setuju, mesti terus jadi teladan walau kadang hilang kesabaran, kadang setelah mereka "mengalami" sesuatu yang berkaitan dengan yang selama ini kita contohkan atau ngomongkan baru mereka ngeh dan jalan sendiri.
Tanggapan Linda, Purwokerto:
Bagaimana kalau kita sudah berusaha memberikan teladan berulang-ulang kepada anak melalui perilaku tetapi anak (dibawah 5thn) tetap belum bisa menjalankan sikap teladan kita bagaimana Bun? Tetap konsisten saja pada sikap teladan kita?
Tanggapan Shanty, Bandung:
Kalau pengalaman saya pribadi sebagai orang yang susah buat konsisten, saya akhirnya cenderung permisif sama anak untuk hal-hal yang belum mampu saya contohkan.
Tanggapan Sherly Iskandar, Jambi:
Saya setuju banget untuk anak-anak dibawah 7 tahun kita memang perlu mengajarkan adab apapun itu tapi tidak perlu langsung cukup dilakukan dengan rutin mereka akan melihat dan mengikuti adab yang kita ajarkan. Tapi bicara tentang adab ini kita sebagai ibu memang harus banyak ilmu yang harus dipelajariJiwa anak-anak itu sangat polos apalagi yang masih dibawah 5 tahun jawaban atau pertanyaan yang mereka berikan itu sangat polos. Jadi intinya setiap ibu harus punya sabar yang banyak dalam mendidik mereka.

#2 Pertanyaan Annisa Rizki, Bengkulu
Ketika kita dapat info, yang menurut kita bermanfaat dan ingin dibagi kepada orang lain, sementara kita lupa sumbernya. Bagaimana menyiasati agar saya tetap bisa sharing ilmu, tapi tetap 'ber-adab' dalam menyampaikannya dengan keterbatasan tersebut?
Jawaban Septi Peni Wulandani:
Ini prinsipnya literasi media
a. Ada berita /info yang  menarik dan baik  cari sumbernya darimana dapat sumber, cantumkan  share
b. Ada info/berita menarik  tidak ketemu sumbernya  simpan untuk diri kita, tidak perlu disebar.
Jawaban Myra Keumala, KL:
Kalau menurut saya balik lagi dari siapa/apa/ kita mendapat info/ilmu tersebut. Kalau dari seseorang sebaiknya tanyakan langsung dari mana sumbernya. Apa dari buku/koran/jurnal dan sebagainya. Begitu juga kalau dari media online coba cek lagi via browsing dari mana link-nya. Jangan langsung disebar.  Kalau memang sudah yakin sumbernya benar baru boleh di sharing. Wallahualam.
Tanggapan Annisa Rizki, Bengkulu:
Kalau infonya dari sebuah buku atau suatu referensi ilmiah, namun lupa sumbernya, bagaimana ya?
Jawaban Myra Keumala, KL:
Maksudnya lupa judul bukunya/ referensinya ya? Karena sepemahaman saya kalau dari buku atau jurnal pasti di ada foot notesnya.
Jawaban Ari Rahmawati, Purwokerto:
Saya biasanya menyertakan "Saya baca dari sebuah buku, maaf sumber saya lupa. InsyaAlloh lain kali saya tambahkan jika ingat.”
Dan saya tetap mencari darimana saya baca kemarin. Begitu ketemu langsung saya tambahkan dan perbaiki lagi. Tapi biasanya begitu baca dan saya rasa bagus, saya langsung share. Jadi sumber masih jelas dan langsung bisa dishare.
Tanggapan Shindie Aprilia, Singapura:
Pernah nonton video pendek soal sharing info medsos seperti kata Bu Septi.

#3 Pertanyaan Resi Utami, Palembang:
Bagaimana caranya agar bisa tabayyun. Soalnya biasanya artikel bagus maunya langsung percaya saja.
Jawaban Shanty, Bandung:
Tabayyun atau mencari kejelasan tentang suatu berita sangat ditekankan dalam Al Quran.
“Wahai orang-orang yang beriman. Jika seseorang yang fasik datang kepadamu suatu berita, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS Al Hujurat 49:6)
Sebenarnya di era informasi ini sangatlah mudah untuk mencari tahu kebenaran suatu berita. Mbah google bisa sangat membantu untuk melacak kebenaran suatu berita.
Menurut saya pribadi, koleksi lah portal-portal atau sumber-sumber yang beritanya terpercaya. Selain itu diperlukan gunakan juga kecerdasan nalar dan logika dalam menyikapi suatu berita. Ini yang dikenal dengan istilah kecerdasan literasi.

#4 Pertanyaan Pranita Rebectya, Prabumulih:
Dalam materi diatas disebutkan bahwa penuntut ilmu dengan sepenuh hati harus memiliki sikap hormat kepada guru. Suatu ketika si guru ini melakukan tindakan yang kurang baik, dan membuat sakit hati. Bagaimana sikap kita untuk bisa kembali hormat terhadap beliau.
Jawaban Septi Peni Wulandani:
Pisahkan antara sikap guru kita pada saat itu dengan pribadinya. Kita harus melihat dengan pola sebab akibat. Mengapa sang guru melakukan perbuatan pada saat itu. Apa karena kondisi yang secara normal membuat jengkel atau memang sudah tabiat guru tersebut sehari-hari. Kalau memang kondisi, maka maafkan kekhilafan pada saat itu.
Kalau memang tabiat, sebaiknya usulkan untuk mendapatkan pengganti guru yang baik kepada pihak yang berwenang menggantinya. Kalau tidak bisa diganti, kita yang pindah kelas/pindah guru.
Jawaban Annisa Rizki, Bengkulu:
Kalau saya terkadang suka memegang kalimat 'Dengarlah APA yang disampaikan, jangan lihat SIAPA yang menyampaikan' jadi selama ilmunya baik tetap diserap. Tapi jeleknya saya gara-gara ini juga saya jadi suka lupa penyampainya. Inilah yang sering jadi kendala saya. wallahu 'alam bishawab.

#5 Pertanyaan Shindie Aprilia, Singapura:
a. Apakah maksudnya ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi yang mencarinya?
Jawaban Septi Peni Wulandani:
Saya kasih contoh. Misal kita ingin mencari ilmu ke orang yang ahli, kita silaturahim, orang tersebut melihat adab kita sangat baik, maka dengan senang hati sang ahli ini memberikan ilmunya. Tetapi apabila ternyata kita memiliki adab yang buruk, sang guru pasti tidak mau menerima kehadiran kita lagi.

b. Apa tujuan menghindari rasa "merasa" sudah lebih tahu dan lebih paham tentang suatu ilmu? Dan bagaimana tips menghindarinya?
*Jujur, kadang saat saya berdiskusi dengan anak saya, saya cenderung memaksakan pendapat saya daripada pendapatnya, dengan alasan "lebih paham karena lebih dulu lahir". Padahal bisa jadi pendapat saya salah.
Jawaban Shanty, Bandung:
Merasa sudah lebih tahu akan menutup banyak kemungkinan alternatif jawaban lain yang sebenarnya bisa menambah wawasan sang guru. Kita tidak bisa memaksakan satu jawaban paling benar dan berperilaku sok tahu. Ada banyak kondisi dan pertimbangan yang bisa menjadi dasar sebuah keputusan.
Saya juga terkadang sok tahu sama anak, dan merasa lebih berpengalaman. Tapi terkadang ada saatnya saya salah. Dan saya minta maaf pada anak saya. Belajar dari pengalaman itu, saya lebih memilih mengatakan, “Berdasarkan pengalaman Mama, ......” Saya terus terang lebih takut kalau anak saya tidak berani mengungkapkan pendapatnya dan tidak berani mengambil keputusan atas sebuah kebenaran yang ia yakini.

c. Adab berkaitan erat dengan keberkahan ilmu. Indikatornya seperti apa?
Jawaban Shanty, Bandung:
Bagi saya ilmu itu menjadi berkah, jika bisa diamalkan dan bermanfaat buat orang lain. Bukan sekedar ilmu yang didapat dan disimpan rapi dalam laci.
Jawaban Arlisa, Lund:
Ikut jawab untuk poin 3, dari orangtua sahabat saya, beliau menyampaikan bahwa salah satu tanda ilmu kita berkah adalah bila ilmu tersebut membuat kita lebih dekat kepadaNya. Wallahu'alam

d. Karena adab hanya bisa ditularkan, adakah instrumen yang membantu kita menilai diri sendiri (khususnya) bahwa kita cukup memiliki adab dalam menuntut ilmu.
Jawaban Shanty, Bandung:
Kita sudah tahu poin-poin adab dalam materi diatas dan berusaha mengamalkannya semaksimal mungkin yang kita mampu.

#6 Pertanyaan Julia, UEA
a. Bagaimana agar kita konsisten untuk mengamalkan ilmu yang sudah kita dapatkan?
Jawaban Shanty, Bandung:
Consistent is really not my middle name. Tapi yang saya pelajari selama ini, kalau kita benar-benar mencintai suatu ilmu, konsisten itu akan muncul secara alami kalau kita benar-benar membutuhkan ilmu tersebut dan merasa perlu menguasainya.

b. Bagaimana cara menyampaikan / mengajarkan pada anak usia 5 tahun yang benar sehingga seolah-olah kita tidak sedang memaksakan sesuatu padanya.
Jawaban Shanty, Bandung:
Tergantung masalah yang ingin diajarkan. Saya selalu kesulitan mengajarkan anak-anak untuk menjaga kebersihan tubuh seperti menyikat gigi sebelum tidur, atau sejenisnya. Sampai saya ketemu sebuah buku cerita yang isi ceritanya begitu mengena buat anak-anak. Setelah dibacakan buku itu, anak-anak jadi dengan senang hati menyikat gigi sebelum tidur tanpa perlu diingatkan lagi.
Tapi menurut saya, anak-anak itu tidak perlu terlalu banyak diajarkan sesuatu. Secara naluri dan contoh, mereka akan bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk. Dan saya sangat percaya bahwa anak-anak itu fitrahnya sangat bagus dan indah. Yang jadi masalah, orangtua sering tidak sadar mencontohkan hal yang salah pada anak.
Seperti saya yang masih suka marah-marah meminta anak untuk sabar kalau minta sesuatu. Minta anak sabar, sendirinya menyampaikan dengan sangat tidak sabaran. Tidak akan berhasil.
Jadi kuncinya menurut saya, beri saja contoh sealami mungkin. Dan kita belajar menjadi orang yang semakin baik dari hari ke hari bersama anak-anak. Mama juga manusia, bukan Superwoman yang harus selalu sempurna.

#7 Pertanyaan Fitria Meliz, Singapura:
Berkaitan kita harus memberi contoh adab menghormati guru kepada anak kita. Saya pernah berdiskusi dengan beberapa teman, mengenai adab kepada guru. Ada yang mengatakan bahwa memanggil guru ke rumah adalah seperti tidak menghormati guru. Kitalah yang harus mendatangi guru. Apakah memang begitu?                         
Tambahan Erli Oktania, Batam:
Saya pernah baca (lupa dimana) tentang ulama (aduh maaf lupa juga imam siapa gitu yang dimaksud) dipanggil oleh penguasa di jamannya untuk datang karena sang penguasa ingin menanyakan sesuatu dan sang imam tidak mau datang, sebagai wujud adab atau menghormati ilmu/penyampai ilmu.
Jawaban Shanty, Bandung:
Saya kira ini cukup tergantung kesepakatan. Banyak guru privat yang bersedia dipanggil ke rumah untuk memudahkan proses belajar mengajar. Tentunya dengan biaya yang berbeda dengan yang muridnya harus berada ditempat gurunya.

#8 Pertanyaan Linda Kurniawati, Purwokerto:
Kalau kita sudah berusaha memberikan teladan berulang-ulang kepada anak melalui perilaku tetapi anak (dibwh 5thn) tetap belum bisa menjalankan sikap teladan kita bagaimana Bun? Tetap konsisten saja pada sikap teladan kita?
Jawaban Shanty, Bandung:
Kalau pengalaman saya pribadi sebagai orang yang susah buat konsisten, saya akhirnya cenderung permisif sama anak untuk hal-hal yang belum mampu saya contohkan.
Kalau bisa tetap konsisten jadi teladan itu keren sekali. Saya yakin suatu saat mereka akan paham. Anak balita menurut pengalaman saya belum lah sempurna daya pikirnya. Saya pribadi sih tidak terlalu kaku untuk anak usia dibawah 7 tahun. Apalagi 5 tahun.
Saya pernah baca sih begitu. Anak 4 tahun itu lagi luar biasa 'nakal'nya. Dan mereka  memang perlu untuk menunjukkan egonya. Kalau kita terlalu menekan dan menunjukkan otorisasi di usia ini ada resiko mereka tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri.
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Tanggapan Erli Oktania, Batam:
Harus terus jadi teladan, meski kadang hilang kesabaran. Kadang setelah mereka "mengalami" sesuatu yang berkaitan dengan yang selama ini kita contohkan atau ngomongkan baru mereka ngeh dan jalan sendiri.
Mulai 3 tahunan mereka mulai menunjukkan egonya. Mulai bisa protes. Kalau 5th mulai deh "Kenapa musti ...., kenapa begitu ...." dll yang kadang bikin keki maknya.
Tanggapan Linda Kurniawati, Purwokerto:
Ataukah memang untuk anak dibawah 5thn egonya masih sangat tinggi? Terkadang saya sebagai orangtua sering menganggap ilmu saya lebih baik.
Tanggapan Myra Keumala, KL:
Sama kayak saya. Anak umur 3 tahun kematangan berpikirnya belum sempurna. Akhirnya saya biarkan aja kalau anak saya persistent dengan  maunya. Yang penting saya sudah arahkan. Tapi tetap diawasi.
Tanggapan Desty, Leiden:
Membangun Komunikasi Efektif. Untuk saya sendiri yang punya 2 anak:  5 dan 2 tahun, keduanya sedang sangat aktif. Tiap kali saya sedang merasa lelah sekali, saya selalu bilang pada diri saya, okey, tarik nafas... tenang... Semua baik- baik saja. Rasa marah, kesal, penat adalah normal... Lalu saya akan bilang pada anak pertama saya, Maryam ibu minta maaf kalau wajah ibu jelek sekali, ibu sedang kecapean . Lalu anak saya akan jawab, owkay ibu. Hehe. Dan saya bilang pada jiwa raga saya, Tetapi ingat Desty, anak-anak sampai umur tertentu tidak pernah salah, mereka sedang belajar mencoba, hanya kadang kita yang tak cukup sabar menghadapi mereka.  saya selalu berusaha membangun komunikasi efektif, saya komunikasikan apa yang saya pikirkan dan saya rasakan. Saya percaya pd fitrah anak, mereka lembut hatinya. Sebelum kita meledak tanpa alasan sebisa mungkin saya komunikasikan kondisi saya. 
Tanggapan Sherly Iskandar, Jambi:
Saya setuju banget bahwa anak-anak dibawah 7 tahun kita memang perlu mengajarkan adab apapun itu tapi tidak perlu langsung cukup dilakukan dengan rutin mereka akan melihat dan mengikuti adab yang kita ajarkan. Tapi bicara tentang adab ini kita sebagai ibu memang harus banyak ilmu yang harus dipelajari.
Jiwa anak-anak itu sangat polos apalagi yang masih dibawah 5 tahun jawaban atau pertanyaan yang mereka berikan itu sangat polos jadi intinya setiap ibu harus punya sabar yang banyak kali ya dalam mendidik mereka amin.

#9 Pertanyaan Siti Maesaroh, Purwokerto
Indikasi kalau kita sudah berhasil menjadi teladan anak-anak seperti apa ya? Terkadang anak-anak naik turun kondisinya, kadang memang mengikuti teladan yang baik terkadang juga adu argumen yang sengit. Apakah bisa ditetapkan sampai usia berapa keteladanan itu sudah nempel dan tidak akan hilang?
Jawaban Septi Peni Wulandani:
Indikasi kita sudah menjadi teladan yang baik, apa yang hal-hal yang kita lakukan, baik yang buruk atau yang baik di copy oleh anak kita.
Jawaban Arlisa, Lund:
Jika berdasar fungsi otak, otak bijak / pre frontal cortex baru tersambung sempurna rata-rata usia 16 tahun ya (tapi pastinya beda-beda tiap anak) maka kita harus konsisten membimbing keteladanan minimal s.d umur segitu. (sumber: Seminar bu Elly Risman)-mohon koreksi jika ada salah.
Tapi kalau dari ceramahnya Ust.Nouman Ali Khan, manusia itu tugasnya hanya berusaha, karena Allah nilai usahanya, sedang hasilnya itu hak Allah. Maka berhasil/tidaknya jangan jadi patokan, tapi lebih ke konsisten memberi teladan ya. Semangaaat!
Jawaban Shanty, Bandung:
Terus terang saya masih merasa belum pantas menjadi teladan anak-anak. Saya bahkan banyak mengagumi sifat anak-anak yang begitu polos dan jujur. Yang bisa saya lakukan, sebatas berusaha memberikan yang terbaik. Dan kami belajar bersama-sama.

#10 Pertanyaan Selly Lidwina, Jerman:
Saya selalu mencoba untuk memberi teladan (kadang memang susah sabar juga ya) tapi masalahnya, anak saya yang sudah masuk ke TK juga mencontoh tingkah laku teman-temannya. Saya selalu bilang itu tidak baik. Tapi dia selalu jawab temannya pun melakukan itu.
Pertanyaannya: bagaimana cara memberi teladan secara konsisten meskipun ada "masukan" dari "pihak luar". Saya sebut pihak luar, karena bisa saja bukan dari teman-temannya saja. Mohon pencerahan.
Jawaban Shanty, Bandung:
Saya pikir kuncinya adalah di komunikasi dengan anak yang lebih dalam. Digali mengapa mereka mencontoh teman-temannya. Terkadang anak-anak sering tidak mengerti mengapa mereka tidak boleh meniru sesuatu yang tidak baik menurut nilai suatu keluarga.
Saya juga pernah punya pengalaman soal ini ketika anak saya mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Ketika saya tanya kenapa bilang seperti itu? Ia bilang ia tidak tahu kalau itu artinya tidak baik. Dan janji tidak mengulanginya lagi.

#11 Pertanyaan Linda Kurniawati, Purwokerto:
Bagaimana membedakan dan memilih sumber ilmu yang valid dan bisa dijadikan referensi? Sehubungan dengan banyaknya artikel yang beredar bersifat opini sehingga kadang bikin saya bigung.
Jawaban Shanty, Bandung:
Track Record dan kredibilitas referensi yang menjadi patokan. Bagaimana pengalaman mereka sebelumnya? Bagaimana reputasi mereka selama ini?

Diskusi Materi Sesi #1 Kelas Koordinator

Sebagai tambahan wawasa, berikut sesi tanya-jawab untuk Materi Adab Menuntut Ilmu yang dilaksanakan di Kelas Koordinator bersama Bu Septi Peni Wulandani pada Senin, 17 Oktober 2016 pk 20.00 – 21.00 WIB. Resume ditulis oleh Lela Qodriah, Bandung.

#1 Pertanyaan Ratih, IIP Bandung

Mohon info dan kisi-kisi untuk materi matrikulasinya supaya bisa maksimal HNW nya

Jawaban:
MATERI MATRIKULASI IBU PROFESIONAL BATCH #2

Buat yang masih penasaran, apa saja sih yang dipelajari di program Matrikulasi Ibu Profesional, berikut beberapa materi yang akan menjadi bahan diskusi kita selama 8 minggu

Prolog : Adab Menuntut Ilmu  ( Senin, 17 Oktober 2016)
#1 [Overview Ibu Profesional] Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga (Senin, 24 Oktober 2016)
#2 [Bunda Sayang] Membangun Peradaban dari dalam Rumah (Senin, 31 Oktober 2016)
#3 [Bunda Sayang] Mendidik dengan Fitrah, berbasis Hati Nurani (Senin, 7 November  2016)
#4 [Bunda Cekatan] Ibu Manajer Keluarga (Senin, 14 November 2016)
#5 [Bunda Cekatan] Belajar Bagaimana Caranya Belajar (Senin, 21 November  2016)
#6 [Bunda Produktif] Rejeki itu Pasti, Kemuliaan harus dicari (Senin, 28 November  2016)
#7 [Bunda Produktif] Menemukan misi spesifik hidup (Senin, 5 Desember 2016)
#8 [Bunda Shaleha] Ibu sebagai Agen Perubahan (Senin, 12 Desember  2016)

Untuk koordinator ada tambahan dua materi lagi tentang membangun komunitas.
Pengumuman Kelulusan tanggal 22 Desember 2016

#2 Pertanyaan Sukeng, IIP Salatiga

Bun, jika guru anak kita ternyata berakhlaq kurang baik
Misal suka berkata kasar, pilih kasih terhadap murid (hanya memperhatikan murid yang sering memberi sesuatu ke gurunya), budaya amplop ketika terima raport, dll apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus memindahkan sekolahnya karena akhlaknya tidak sejalan? Atau tidak kita pindahkan sekolahnya tapi diberi pengertian dan supaya anak bisa membedakan contoh baik dan buruk secara nyata?

Jawaban:
Dalam pendidikan anak-anak kita memahami satu konsep ini
*Anak-anak mungkin bisa salah memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy*
Sehingga orang dewasa di sekitar anak adalah orang-orang yang akan dicontoh oleh anak.
Dengan kasus tersebut apabila anak-anak masih usia 0-7 th, saya memilih untuk memindahkannya.
Kalau anak usia 7-12 th, saya akan berikan fakta mana yang baik dan yang buruk, kemudian anak diberikan pilihan alternatif terbaik.
Anak usia 12-14 th ke atas, hargai penilaian dan keputusan anak, apapun pilihannya, kemudian dampingi.
Anak usia 14 th ke atas, ajari untuk mengatasi segala macam tantangan di depannya menjadi sebuah soluai bersama.

#3 Pertanyaan Dita, IIP Bandung

Bagaimana etikanya ketika dalam diskusi online (dalam WAG mis.) kita ingin menjelaskan sesuatu dengan mengutip isi buku dengan cara memfotonya? Karena pada saat mengirim foto tersebut kita masih bisa menyertakan sumber bukunya, tetapi jika foto tersebut dishare/diforward lagi, keterangan sumber yang menyertainya menjadi tidak terbawa.
Jawaban:
Teh Dita, apabila kita ingin share foto, mohon keterangannya tidak di caption, melainkan ditulis di chat tersendiri, sehingga kita bisa memberikan footnote, apabila ingin share mohon dishare scr utuh. Dan ada baiknya menyertakan sanadnya ( ini istilah hadist)
Contoh :
Sumber : info dari teh dita based on......
Dilanjutkan oleh @lelaqodry oleh @nesri dst.

#4 Pertanyaan Wiwik, IIP Bandung

Agar cahaya ilmu masuk, maka salah satu adab mencari ilmu adalah mensucikan jiwa, bagaimana tahapan tazkiyatun nafs ini bu?
Jawaban:
Teh wik, tazkiyatun nafs dalam mencari ilmu itu antara lain :
a. Bersihkan niat, semata-mata untuk meningkatkan derajat  kemuliaan hidup.
b. Ilmu itu unt sebuah kemuliaan, maka carilah dg cara-cara yang mulia. Misal tidak menyakiti orang yang menjadi sumber ilmunya, tidak membajak karyanya, tidak mengakui tulisannya sebagai tulisan kita dll.
c.Kosongkan kepala dengan ilmu yang sudah pernah kita dapatkan dan penuhi dengan rasa ingin tahu. Sehingga kita tidak jadi orang yg sok tahu.
d. Belajar mendengarkan dengan sepenuh hati, ketika ilmu disampaikan.
e. Hilangkan dendam dan luka lama, sehingga kita tulus dalam menuntut ilmu, karena untuk kerahmatan bagi semesta, bukan karena kepentingan tertentu.

#5 Pertanyaan Prima, IIP Malang

Bagaimana cara-cara untuk mengamalkan ilmu agar bermanfaat bagi diri sendiri dan sekitarnya? Apakah hanya dengan berbagi saja? Kalau iya harus berbagi, ilmu yang seperti apa yg boleh kita bagikan? Apakah yang sudah kita aplikasikan dan berhasil? Apakah yang hanya kita baca, belum kita aplikasikan lalu share? Atau bagaimana jika saat kita sudah baca, aplikasikan namun belum berhasil lantas kita share?
Jawaban:
Mbak Prima, sebuah ilmu itu kalau disampaikan dari hati, akan masuk ke hati, indikatornya akan menjadi amalan bagi yang mendapatkannya.
Tapi kalau disampaikan lewat mulut maka hanya akan sampai ke telinga,  dan menjadi sebatas pengetahuan saja tanpa amalan.
Agar ilmu bisa disampaikan dengan hati, maka harus diamalkan terlebih dahulu.
Sehingga yang paling afdhol adalah sampaikan apa yang sudah kita kerjakan, karena Allah akan meletakkan ilmu itu di lidah kita saat diucapkan, sehingga penuh dengan ruh, dan terkadang kita sendiri dapat ilmu baru saat menyampaikannya.
Itu namanya ilmu yg berkah, Insya Allah.

#6 Pertanyaan Shofi, IIP Bandung

Salah satu adab dari menuntut ilmu adalah ikhlas dan membersihkan diri/tazkiyatun nafs. Tapi ada kalanya hati kita sedang kotor, sedang malas. Apa yang harus dilakukan terlebih dahulu? Membersihkan diri dulu baru mengikuti majelis ilmu? Atau bolehkah memaksakan diri untuk ikut, dengan harapan ketika berkumpul dengan orang-orang yang berilmu/ orang-orang yang sholeh maka kita akan tertular semangatnya/nilai-nilai kebaikannya?
Jawaban:
Teh Shofi, kita analogkan dengan orang yang mau makan, tapi tangannya kotor, maka bisa dua-duanya, langsung makan tanpa cuci tangan dengan resiko sakit perut. Atau menunda nafsu makannya dulu, untuk mencuci tangan sebentar, baru makan.
Menuntut ilmu juga sama, ketika pikiran sedang penat,  sedang malas, maka lebih baik,  SWITCH terlebih dahulu ke pikiran jernih, dan semangat, baru menuntut ilmu.
Jangan sampai menuntut ilmu dijadikan pelampiasan rasa, jadinya kita tidak dapat apa-apa selain rasa yang sesaat hilang
Prinsipnya Alirkan rasa terlebih dahulu, baru menuntut ilmu.

#7 Pertanyaan Dyas, IIP Depok

Terkait dgn ADAB TERHADAP GURU (PENYAMPAI SEBUAH ILMU), pada point:
a. Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, ...
Selama ini, yang saya ketahui di komunitas IIP, apresiasi terhadap narasumber -yang ingin berinfak ilmu- berupa hasil karya ibu-ibu di IIP setempat. Sedangkan, narasumber pada umumnya diberikan apresiasi berupa uang.
Dalam rangka mencari ridho guru, bagaimana adab kita -iip- terhadap narasumber yang bersedia mengisi offline.
Mohon penjelasannya bu Septi, selama ini bentuk apresiasi dari IIP pusat terhadap narasumber yang berkenan hadir di Salatiga seperti apa? Apakah diperkenankan utk memberi apresiasi berupa  uang?
Jawaban:
Mbak Dyas, "Keridhaan guru" adalah yang utama, maka biasanya kami menanyakan terlebih dahulu ke narasumber, ridhanya seperti apa. Apakah dihargai secara profesional? Kalau iya berapa? Apa saja yg harua kami penuhi? Kemudian tanyakan pada diri kita, sanggup atau tidak.
Apabila ridhanya guru mengatakan " saya ikhlas " untuk komunitaa free, maka sebaiknya transpot dan akomodasi kita yang tanggung. Kemudian diberikan apreaiasi berupa penulisan ilmu beliau di berbagai sosmed yang kita miliki.
Prinsipnya "DON'T ASSUME" harus CLEAR and CLARIFY.

#8 Pertanyaan Vita, IIP Jakarta

Bu Septi, pada jaman sekarang, arus informasi & canggihnya teknologi sangat memudahkan sekali untuk mendapatkan berbagai ilmu yg diinginkan. Terkadang kemudahan ini menurut saya justru dapat membuat terlalu banyak ilmu yang masuk tetapi dalam pengaplikasian menjadi kurang maksimal jika tidak dibatasi. Menurut ibu, bagaimanakah batasan atau kiat-kiat dalam menimba ilmu pada kondisi seperti ini?
Jawaban:
Mbak Vita, yang pertama tentukan terlebih dahulu, mata kuliah apa yang akan kita ambil di universitas kehidupan ini. Setelah ketemu, FOKUS di bidang tersebut. Maka gunakan prinsip :
*Menarik tapi TIDAK tertarik* untuk godaan ilmu yang lain.
Totalitas dalam mencari ilmu di jurusan ilmu kita. Setiap info yang masuk gunakan sceptical thinking terlebih dahulu.
Default jawaban di otak kita selalu "TIDAK PERCAYA" sebelum mendapatkan dari sumber yang valid. Cari sumber validnya. Sehingga ilmu tersebut baik dan benar. Setelah itu amalkan.
Setiap selesai mendapatkan sebuah ilmu baru, saya dan pak dodik segera menuliskan, apa perubahan yang harus kita lakukan mulai esok hari berkaitan dengan ilmu tersebut.

#9 Pertanyaan Andini, IIP Bekasi

Mengenai Adab terhadap guru pada poin B. Bagaimana teknisnya untuk kelas online matrikulasi? Mengenai Adab terhadap sumber ilmu di poin A, Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari. Maksudnya bagaimana ya? Misalkan saya dokumentasikan materi matrikulasi dalam S note saya. Apakah termasuk yang tidak diperbolehkan? Atau misalnya suatu saat saya ingin nge print materi matrikulasi untuk materi parenting PAUD kami dan untuk memudahkan membaca apakah diijinkan?
Jawaban:
Mbak Andini, adab terhadap guru di kelas online matrikulasi ini tidak berbeda jauh dengan kelas offline. Kita perlu menyimak dengan seksama ketika sebuah ilmu sedang disampaikan, kemudian komitmen menjalankan tugas yang diberikan dan yang terakhir meminta "keridhaan" narasumber terhadap materi tersebut.
Maksudnya poin A, tidak meletakkan sembarangan sebuah sumber ilmu dalam bentuk buku dengan sembarangan adalah sbb :
a. Buku tidak diletakkan dalam posisi yang mudah terinjak secara langsung.
b.Buku yang sdg dipelajari dilipat-dilipat halamannya.
c. Dan banyak lagi perbuatan lain yang selayaknya tidak kita lakukan terhadap sumber ilmu.
Bagi yang beragama Islam, pernah dapat ilmu kan untuk tidak memperlakukan Al Qur'an dengan sembarangan. Nah sejatinya di adab menuntut ilmu, hampir semua sumber ilmu harus diperlakukan dengan bijak. Silakan dirasakan kalau kita pernah menulis sebuah buku, kemudian buku tersebut diperlakukan seenaknya oleh orang yang membacanya, pasti rasanya sakit.
Apakah materi matrikulasi boleh diprint kemudian dibukukan dan dibagi di acara parenting?
Program matrikulasi ini program berkelanjutan dengan sistem pendampingan.
Materi matrikulasi boleh di tulis secara runtut di blog/web pribadi kita masing-masing kemudian di share ke publik.
Yang tidak boleh adalah langsung share materi ke salah satu/beberapa grup WA tanpa pendampingan fasilitator.  Karena ini program berkelanjutan, tidak boleh diterima sepotong-potong dengan sistem broadcasting ke sosmed messager (seperti WA, line, telegram dll).
Kalau di wall fb, blog, web masih bisa ditelusuri satu persatu
Apakah di printout, kemudian dibagikan boleh? Boleh diprint out, akan lebih baik tidak dibuka kelas sendiri atau dibagikan kecuali Mbak Andini sudah lulus matrikulasi batch#2 dan menjadi fasilitator matrikulasi. Kemudian memandu kelas matrikulasi ini secara offline. Dan dilaporkan ke IIP Pusat. Karena program Matrikulasi ini kita lakukan serentak se nasional per 3 bulan sekali baik offline maupun online.

#10 Pertanyaan Mylfa, IIP Jakarta

Ketika kita sudah menerapkan skeptical thinking tapi malah di bully atau diejek, apa yang sebaiknya dilakukan?
Jawaban:
Mbak Mylfa, mungkin kita perlu menata bahasanya terlebih dahulu. Prinsip sceptical thinking adalah sebagai berikut:
a. Tidak mudah percaya 100% terhadap berita yang masuk, baik itu berita baik maupun buruk. Karena yang baik/buruk belum tentu benar.
b.Menanyakan kebenaran sebuah berita dengan sumber yang valid. Ingat *menanyakan BUKAN mempertanyakan*
Ini bedanya :
" Mohon maaf, infonya menarik banget mbak, kalau boleh tahu sumber berita ini darimana ya mbak?"
 Menanyakan
"Beneran mbak berita ini? Emang sumbernya mana?" "Yakin?", "masak iya sih?" mempertanyakan
Apabila sudah menanyakan dengan baik dan anda justru di bully, berarti jelas Mbak sudah salah masuk komunitas, maka lebih baik left grup.
Karena mereka yang senengnya asal kirim berita baik belum tentu benar, juga tidak akan tahan di IIP, karena akan ditanyakan terus menerus sumber berita dari semua member.

#11 Pertanyaan Ismi, IIP Pekanbaru

Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk
Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati. Hal-hal buruk di sini contoh konkritnya seperti apa, bu?
Jawaban:
Mbak Ismi, hal-hal buruk ini berkaitan dengan hati. Dalam menuntut ilmu ini niat kita berangkat dari rasa iri, dengki, hasad, hasud, ingin memata-matai, ingin menjadi plagiator ilmu demi kepentingan pribadi dll.
Misal ada seseorang yang ikut program matrikulasi ini karena sebuah niatan ingin mencuri ilmunya saja untuk diterapkan di komunitas lain tanpa ijin, ini namanya TIDAK BERADAB, keberkahan tidak ada. Dan masih banyak contoh kasus lain.

#12 Pertanyaan Yani, IIP JATIM Selatan

Dalam arti menuntut ilmu apabila kita menemukan suatu kasus guru kita ternyata ada sedikit cacat akhlaq, misal keluarganya berantakan, dan anak-anaknya banyak yang berkasus dan terkadang apa yang beliau lakukan tidak sesuai dengan yang kita pelajari, apa yg harus kita lakukan?
Jawaban:
Mbak yani. Kalau saya pribadi, tidak akan berguru dengan yang berakhlak seperti di atas. Ada sebuah kisah, seorang ibu akan mengirim anaknya menuntut ilmu, maka pesan beliau hanya satu
*Berangkatlah dan pelajari akhlak dan adab gurumu dulu, sebelum kamu menuntut ilmunya*
Kalau saya jangankan untuk menuntut ilmu, untuk menjalin kerjasama bisnispun, saya selalu lihat adab dan akhlak anaknya terlebih dahulu. Karena itu cermin dari adab dan akhlak ortunya.
Pernah ada bantahan, kalau ortunya akhlaknya baik, tapi qadarullah akhlak anaknya buruk karena lingkungan bagaimana?
Saya tanya, "Kemana saja ortunya selama ini yang berakhlak dan beradab baik? Mengapa tidak sempat menularkan untuk anak-anaknya? Artinya ada miss manajemen prioritas dalam hidupnya.”

#13 Pertanyaan Henny, IIP Sulsel

Apakah disetiap kali pertama bertemu dengan peserta didik, kita harus menjelaskan adab menuntut ilmu? Adab menuntut ilmu diberikan ke anak usia berapa?
Jawaban:
Iya Mbak Henny, sudah saya jelaskan di atas bahwa 'ADAB sebelum ILMU" dan " ILMU sebelum AMAL." Sejak anak sudah bisa diajak bicara, ajarkan adab.

#14 Pertanyaan Izza, IIP Jepara

Bgaimana kalau kita serumah dengan saudara yang akhlaknya kurang baik dalam berkata padahal anak-anak kita sedang masanya meniru atau masih berumur 0-7th?
Jawaban:
Mbak Izza, kalau sanggup untuk mendidik anak tersebut didiklah, ini ladang amal, kalau tidak sanggup pindah rumahlah.

#15 Pertanyaan, Putri, IIP Malang

Bu Septi, dalam mengkaji semua ilmu kemungkinan kita akan menemukan "pembanding". Sedangkan ada sebuah kutipan "kosongkan gelasnya dulu, agar air bisa masuk".
Bagaimana kita menyikapi hal ini? Bagaimana pula agar kita dapat keberkahan ilmu, jika masing-masing mengklaim bahwa yang dia bawa dan dia terapkan adalah hal yang benar dan yang lain kurang benar? Dan bagaimana agar terhindar dari sikap fanatik terhadap tokoh tertentu dlm mengkaji ilmu?
Jawaban:
Begini strateginya:
a. Pra menuntut ilmu cari berbagai referensi seputar ilmu tersebut. Agar kita tidak mudah terombang-ambing.
b. Saat menuntut ilmu, terima ilmu tersebut dengan tulus, apabila ada hal-hal yang menurut kita bertentangan, langsung tulis di kertas, jangan simpan di otak. Karena penolakan itu akan menutup masuknya ilmu lain yg mungkin baik dan benar.
c. Post menuntut ilmu, langsung tanyakan ke narasumber hal-hal yang bertolak belakang dengan apa yang sudah kita ketahui. Cari referensi pembanding sbg bahan diskusi anda mempertahankan sebuah ilmu.
Bagaimana dengan mereka yang fanatik dengan satu guru? Ini SALAH, *Karena kebenaran mutlak itu hanya milik Allah*
Manusia itu tempat salah dan lupa. Maka sebaiknya tidak menaruh harap dan bersandar pada manusia. Pasti anda akan kecewa. Bersandar, fanatik, berharaplah hanya pada DIA.

#16 Pertanyaan Yulia, IIP Kalsel

Semisal kita berada dalam sebuah Majelis Ilmu, kemudian kita menanyakan tentang dalilnya dari hal yang disampaikan Guru apakah itu termasuk tidak beadab dalam menuntut ilmu? Saya juga pernah mendengar tentang menyampaikan pendapat yang berbeda dari 2 org tentang satu hal yang sama, jadi seolah kita seperti membandingkan pendapat dari 2 guru, tapi kita bicarakan hanya dengan salah satu dari guru itu. Katanya yang seperti itu juga tidak boleh dilakukan murid kepada gurunya. Jadi sebatas apakah kita boleh menyampaikan sesuatu kepada Guru?
Jawaban:
Mbak Yulia, dalam proses berpikir ilmiah, meminta sumber ilmu itu penting. Kalau di agama, disebut dalil. Maka gunakan bahasa yang benar, sehingga guru yang ditanya tidak tersinggung.
Kemudian jangan menyebut nama guru lain, di depan guru yang kita tanya kalau yang bersangkutan tidak bersama kita. Itu namanya mengadu dan membandingkan.
Lakukan tabayyun kedua belah pihak andaikata kita masih ragu.

#17 Pertanyaan Novy, IIP Cirebon

Apa maksud kalimat "Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan." Apakah ADAB bila tidak bisa diajarkan, berarti tidak bisa dipelajari?
Jawaban:
Mbak Novy, dalam mendidik anak, lama-lama kita akan paham bahwa *Anak-anak mungkin bisa salah memahami perkataan kita, namun mereka tidak pernah salah meng-copy*
Di tahap awal anak-anak  0-7 th hanya akan bisa mengcopy apa yg mereka lihat, maka akhlak dan Adab dari orang dewasa di sekitarnya akan lebih kuat ditularkan daripada diajarkan.
Usia 7-14, anak-anak mulai mencerna dari apa yang pernah diajarkan oleh orang dewasa di sekitarnya tentang adab dan akhlak dengan apa yg mau dia contoh. Sehingga kalau guru menyampaikan ilmu adab yang baik tapi adabnya dia sendiri kurang baik, anak-anak usia ini tidak akan menghormati.

#18 Pertanyaan Ainun, IIP Surabaya

Seandainya dalam sebuah kelas belajar kita bertemu dengan teman sekelas yang banyak mengomentari guru, berbicara (sering vokals) tidak terarah dan cukup mengganggu. Apa yang sebaiknya dilakukan?
Jawaban:
Kalau bertemu dengan teman yang tipenya seperti itu, maka ucapkan "alhamdulillah" berarti ini ladang amal untuk Mbak Ainun. Maka yang harus dilakukan :
a. Tegur dengan baik
b. Berikan solusi dengan alternatif pilihan yang baik.
c. Kalau tetap tidak berubah, sebaiknya kita yang menjauh.

#19 Pertanyaan Maya

Bagaimana cara kita 'memaksa' diri untuk menerapkan dan mengamalkan ilmu yang sudah didapat bu? Terkadang terlalu banyak ilmu yang didapat lalu terjadi tsunami ilmu, dan bingung harus memulai dari mana dulu akhirnya ilmu yang sudah didapat memuai entah kemana.
Jawaban:
Mbak Maya yang pertama tetapkan jurusan yang akan kita ambil, dan bangun prinsip hidup, setelah itu jadikan ilmu yang bertebaran menjadi referensi saja, jangan ditelan mentah-mentah. Perkuat dengan buku dan literatur, jangan percaya broadcast. Ikutlah program pembelajaran terstruktur spt matrikulasi ini.

#20 Pertanyaan Wahyu, IIP Solo

Bagaimana agar semangat menuntut ilmu tetap terjaga, tidak hanya di awal saja tapi smpai selesai dan bisa mengamalkannya?
Jawaban:
Mbak Wahyu, pertama kali, carilah alasan terkuat mengapa kita harus belajar ilmu tersebut. Hal ini sering disebut sebagai: *start from the finish line*
Setelah itu buat milestonenya, sehingga kita paham perjalanan menuntut ilmu kita ini sudah sampai dimana. Memang tidak mudah, tapi kita bisa membuatnya menyenangkan dan penuh semangat.

#21 Pertanyaan Mz yuli, IIP Padang

“Sampaikan apa yang sudah kita kerjakan, karena Allah akan meletakkan ilmu itu di lidah kita saat diucapkan, sehingga penuh dengan ruh, dan terkadang kita sendiri dapat ilmu baru saat menyampaikannya.” Lalu bagaimana kalau selama ini kita belajar sambil menyampaikan apa yang sedang kita pelajari & yang sedang kerjakan kepada orang lain? Apa sebaiknya berhenti dulu sampai kita merasa sukses dengan apa yang kita pelajari?
Jawaban:
Mz Yuli, kuncinya saat dapat suatu ilmu segera praktekkan, tidak perlu harus nunggu sukses, melainkan proses yang berharga ini yang harus di sampaikan.
Misal saya baru saja dapat ilmu komunikasi produktif dari ibu profesional, isi materinya seperti ini bla...bla... Yang sudah saya praktekkan bla...bla..bla.. Learning point yang saya dapatkan bla...bla... Jadi kita tidak sekedar omdo aja.

#22 Pertanyaan Wayan

Bagaimana caranya agar kita tetap bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan bisa  mengerjakan tugas? Karena kadang rasa malas datang, dan mulailah hilang semangat.
Kalau diikutin rasa malas ini, apalagi seorang yang bekerja dan  ibu rumah tangga yang pekerjaan sehari-hari yang bersambung plus kadang kalau anak-anak bikin kesal, minat belajar pun tidak ada. Ada niat saja untuk belajar, tapi tetap malas. Belum bisa membagi waktu.
Jawaban:
Mbak wayan, ini urusan manajemen waktu yang harus dibenahi. Bagi waktu kita antara :
a. Mendidik anak
b. Pengembangan diri
c. Sosial masyarakat/bekerja
Selama 24 jam, gunakan masa transisi antar waktu tersebut untuk mengembalikan energi kita.
Misal saat anak-anak sudah tidur ke pengembangan diri, bersiap sepenuh hati, dengan cara membersihkan diri, ganti lokasi dan suasana.
Masa transisi dari bekerja ke rumah mendidik anak, maka panggil suasana bahagia, percantik diri. Karena saat berangkat kerja kita cantik maka pulang harus lebih cantik. Berangkat kerja kita sabar, pulang harus lebih sabar.
*Sejatinya hanya anak dan suami kita yang paling berhak mendapatkan kondisi terbaik kita. Jangan dibalik*
Dengan menerapkan hal tersebut yang saya rasakan Allah memberikan bonus energi luar biasa untuk kita.
Prinsipnya:
*Jangan pernah menuntut apa yg seharusnya kita dapatkan, tapi pikirkanlah apa yg bisa kita berikan*

#23 Pertanyaan Vaya, IIP Bandung

Jika kita menghadapi keadaan beberapa hal yang kita alami menuntut banyak "bekal ilmu dan ketrampilan" yang saat itu kita belum/kurang siap bekal tersebut. Karena kurang "bekal" jadilah kita menghadapi segala tantangan tersebut dengan "sikap yang tidak tepat/hati yang masih kotor." Sementara disisi lain, kita harus segera menyelesaikannya. Yang butuh menuntut ilmu yang kita butuhkan. Bagaimana menghadapi hal tersebut?
Jawaban:
Mbak vaya, selama ini kita merasa "banyak" yang harus dikejar karena kita tidak menuliskannya dengan rinci. Sehingga justru jadi beban.
Yang saya lakukan dulu di awal menikah adalah menawarkan ke Pak Dodik beberapa tahapan pilihan berikut ini dalam periode 3 bulanan.
a. Anak terdidik dengan baik.
b. Rumah Rapi terus
c. Masakan fresh setiap saat.
Saya bilang bahwa saya bukan wonder woman yang bisa semuanya dengan sempurna.
Maka Pak Dodik bilang, didik anak dengan baik dulu, belajar tahapan itu dulu selama 90 hari baru masuk tahap berikutnya.
Maka saya pilih prioritaas
a. Belajar ilmu mendidik anak 90 hari pertama
b. Belajar ilmu mendidik anak + memasak di 90 hari kedua
c. Belajar ilmu mendidik anak + memasak + merapikan rumah di 90 hari ketiga.

#24 Pertanyaan Ismi, IIP Pekanbaru

"Kosongkan kepala dengan ilmu yang sudah pernah kita dapatkan dan penuhi dengan rasa ingin tahu. Sehingga kita tidak jadi orang yang sok tahu."
Ini menjadi agak sulit karena apa yang sudah kita dapat tentunya menjadi referensi dalam otak kita untuk meng"counter" ilmu pengetahuan baru yang kita dapat. Bagaimana tips mengosongkan kepala dari Ibu?
Jawaban:
Lihat jawaban saya di pertanyaan no 15 ya Mbak Ismi, itu cara saya.


Nice HomeWork Sesi #1

NHW1 disampaikan pada Selasa, 18 Oktober 2016 pk 8.00 wib.
Bunda dan calon bunda peserta matrikulasi Ibu Profesional Batch #2, kini sampailah kita pada tahap menguatkan ilmu yang kita dapatkan kemarin, dalam bentuk tugas.
Tugas ini kita namakan NICE HOMEWORK dan disingkat menjadi NHW.
Dalam materi "ADAB MENUNTUT ILMU" kali ini, NHW nya adalah sbb:
1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini.
2.Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu,perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.
Menuntut ilmu adalah salah satu cara meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka carilah dengan cara-cara yang mulia

Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/

Diskusi Nice HomeWork Sesi #1

Diskusi Nice HomeWork Adab dilaksanakan pada Selasa, 18 Oktober 2016, pk 17.00 WIB bersama Fic Shanty Dewi Arifin, Bandung dan KM Resi Utami Putri, Palembang.

Diskusi
Terkait pertanyaan mengenai batasan ilmu dan NHW 1 berikut penjelasannya:
Menurut Bu Septi, ilmu yang dimaksud dalam NHW 1 ini BEBAS.
Bebas sebebas bebasnya. Boleh yang berhubungan dengan peran ibu, passion, jurusan saat kuliah, atau ilmu apapun yang dianggap perlu.
Boleh ilmu mendidik anak, ilmu memasak, ilmu menulis, ilmu kecantikan, ilmu jualan atau berbisnis, dan lainnya.
NHW tidak dibatasi jumlah kata dan boleh berbentuk narasi atau poin-poin.
Pada dasarnya NHW tidak ada yang benar atau salah. NHW hanyalah membantu teman-teman untuk bisa menstrukturkan cara berpikir sebagai Ibu Profesional dan menemukan jawabannya dalam diri sendiri.
Sengaja NHW tidak diberikan contoh yang terlalu konkrit karena ingin membuka banyak kemungkinan pada peserta Matrikulasi. Sekali lagi tidak ada yang benar atau salah dalam mengerjakan NHW.
Kita bisa saling belajar dan mengambil inspirasi dari NHW teman-teman lain untuk kita terapkan sesuai kondisi masing-masing.
Berdasarkan pengalaman saya di batch 1, jawaban kita dalam NHW 1 akan berubah-ubah seiring terbukanya lapisan ilmu satu demi satu dalam minggu-minggu ke depan.
NHW bisa dikerjakan dalam bentuk postingan blog atau di copaskan ke dalam google dokumen. Linknya disematkan ke komen dalam Tread [Setoran NHW1] di FB Group Korwil #7 Kelas Matrikulasi.
Jangan lupa dilengkapi dengan #Nama_kota dan #NHW1 sebelum menyematkan link NHW.
Deadline tugas Minggu, pk 16.00 WIB.
Selamat mengerjakan NHW dengan hati dan perenungan yang mendalam.

Review Nice HomeWork Sesi #1

Review Nice HomeWork Adab dilaksanakan pada Senin, 24 Oktober 2016, pk 8.00 WIB oleh Fic Rindu Rahmiasih, Bandung dan KM Resi Utami Putri, Palembang.

ADAB SEBELUM ILMU
Disusun oleh  Tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional

Apa kabar bunda dan calon bunda peserta Matrikulasi IIP Batch #2?
Tidak terasa sudah 1 pekan kita bersama dalam forum belajar ini. Terima kasih untuk seluruh peserta yang sudah “berjibaku” dengan berbagai cara agar dapat memenuhi “Nice Homework” kita. Mulai dari yang bingung mau ditulis dimana, belum tahu caranya posting  sampai dengan hebohnya dikejar deadline:). Insya Allah kehebohan di tahap awal ini, akan membuat kita semua banyak belajar hal baru, dan terus semangat sampai akhir program.
Di NHW#1 ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah, karena kita hanya diminta untuk fokus pada ilmu-ilmu yang memang akan kita tekuni di Universitas Kehidupan ini. Yang diperlukan hanya dua yaitu FOKUS dan PERCAYA DIRI. Jangan sampai saat kuliah dulu kita salah jurusan, bekerja salah profesi, sekarang mengulang cara yang sama saat menapaki kuliah di universitas  kehidupan, tapi mengaharapkan hasil yang berbeda. Kalau pak Einstein menamakan hal ini sebagai “INSANITY”
INSANITY : DOING THE SAME THINGS OVER AND OVER AGAIN, AND EXPECTING DIFFERENT RESULT - Albert Einstein
 

Setelah kami cermati , ada beberapa peserta yang langsung menemukan jawabannya karena memang sehari-hari sudah menggeluti hal tersebut. Ada juga yang masih mencari-cari, karena menganggap semua ilmu itu penting.

Banyak diantara kita menganggap semua ilmu itu penting tapi lupa menentukan prioritas. Hal inilah yang menyebabkan hidup kita tidak fokus, semua ilmu ingin dipelajari, dan berhenti pada sebuah “kegalauan” karena terkena “tsunami informasi”. Yang lebih parah lagi adalah munculnya penyakit “FOMO” (Fear of Missing Out), yaitu penyakit ketakutan ketinggalan informasi. Penyakit ini juga membuat penderitanya merasa ingin terus mengetahui apa yang dilakukan orang lain di media sosial. FOMO ini  biasanya menimbulkan penyakit berikutnya yaitu”NOMOFOBIA”, rasa takut berlebihan apabila kehilangan atau hidup tanpa telepon seluler pintar kita.

Matrikulasi IIP batch#2 ini akan mengajak para bunda untuk kembali sehat menanggapi sebuah informasi online. Karena sebenarnya sebagai peserta kita hanya perlu komitmen waktu 2-4 jam per minggu saja, yaitu saat diskusi materi dan pembahasan review,  setelah itu segera kerjakan NHW anda, posting dan selesai, cepatlah beralih ke kegiatan offline lagi tanpa ponsel atau kembali ke kegiatan online dimana kita fokus pada informasi seputar jurusan ilmu yang kita ambil. Hal tersebut harus diniatkan sebagai investasi waktu dan ilmu dalam rangka menambah jam terbang kita.
Katakan pada godaan ilmu/informasi yang lain yang tidak selaras dengan jurusan yang kita ambil, dengan kalimat sakti ini :
MENARIK, TAPI TIDAK TERTARIK

Apa pentingnya menentukan jurusan ilmu dalam universitas kehidupan ini?
JURUSAN ILMU YANG KITA TENTUKAN DENGAN SEBUAH KESADARAN TINGGI DI UNIVERSITAS KEHIDUPAN INI, AKAN MENDORONG KITA UNTUK MENEMUKAN PERAN HIDUP DI MUKA BUMI INI.
Sebuah alasan kuat yang sudah kita tuliskan  kepada pilihan ilmu tersebut, jadikanlah sebagai bahan bakar semangat kita dalam menyelesaikan proses pembelajaran kita di kehidupan ini.
Sedangkan strategi yang sudah kita susun untuk mencapai ilmu tersebut adalah cara/kendaraan yang akan kita gunakan untuk mempermudah kita sampai pada tujuan pencapaian hidup dengan ilmu tersebut.
Sejatinya,
SEMAKIN KITA GIAT MENUNTUT ILMU, SEMAKIN DEKAT KITA KEPADA SUMBER DARI SEGALA SUMBER ILMU, YAITU “DIA” YANG MAHA MEMILIKI ILMU
Indikator orang yang menuntut ilmu dengan benar adalah terjadi perubahan dalam dirinya menuju ke arah yang lebih baik.
Tetapi di  Institut Ibu Profesional ini, kita bisa memulai perubahan justru sebelum proses menuntut ilmu. Kita yang dulu sekedar menuntut ilmu, bahkan menggunakan berbagai cara kurang tepat, maka sekarang berubah ke Adab menuntut ilmu yang baik dan benar, agar keberkahan ilmu tersebut mewarnai perjalanan hidup kita.
MENUNTUT ILMU ADALAH PROSES KITA UNTUK MENINGKATKAN KEMULIAAN HIDUP, MAKA CARILAH DENGAN CARA-CARA YANG MULIA

Salam Ibu Profesional,

/Tim Matrikulasi IIP/

Sumber Bacaan :
Hasil Penelitian “the stress and wellbeing” secure Envoy, Kompas, Jakarta, 2015
Materi “ADAB MENUNTUT ILMU” program Matrikulasi IIP, batch #2, 2016
Hasil Nice Home Work #1, peserta program Matrikulasi IIP batch #2, 2016



Lampiran

 

Data Peserta dan Pengumpulan NHW

(File xcel)

Korwil Kelas Matrikulasi Ibu Profesional batch 2

KORWIL #1
1. Kelas Payakumbuh Padang (Fasil: Indria Erni Yuanita, Putri Yudha)
2. Kelas Pekanbaru, Babel, Lampung, Tanjung Balai (Fasil: Evi wiliyanti, Nisa Nur'arifah, Noor Yasmin Ishmah)
3. Kelas Aceh Sumut (Fasil: Nurlaila Muhammad Dib, Putri Nur An Nissa, Siti Annisa Maryam)
KORWIL #2
4. Kelas Bandung (Fasil: Ai Santiani, Luthfia Hastiani Muharram, Mesa Dewi)
5. Kelas Bekasi (Fasil: Ressy Laila Untari, Utami Sadikin)
6. Kelas Bogor (Fasil: Firsta Ayu Wardhani, Kurnia Pratiwi, Eka Ratnawati)
7. Kelas Depok (Fasil: Diah Handayani, Fauziah, Nidia Rosyiana)
8. Kelas Jakarta (Fasil: Dian annuriah rahmawati, Diyah Amalia, Yesi Dwi Fitria)
9. Kelas Karawang (Fasil: Lina Prihatin, Thasya Sugito, Wening Prihapsari)
10. Kelas Tangerang (Fasil: Ike Pratiwi Fanani, Eva Novita)
11. Kelas Banten, Cianjur, Cirebon, Garut (Fasil: Maria Ulfah, Rizqie Fajriyani Jurnaliska, Dzikra Ihdaiyyatul Ulya)
KORWIL #3
12. Kelas Jogja Solo (Fasil: Dwina Widati, Inggil Windiarti)
13. Kelas Semarang, Salatiga Pekalongan, Jepara (Fasil: Fathiyatus Sa'adah, Azizah)
KORWIL #4
14. Kelas Malang, Jatim Selatan, Lamongan (Fasil: Andita A. Aryoko, Dzikra, Ike)
15. Kelas Surabaya, Bali, Mataram (Fasil: Dyah Kusumastuti Utari, Itsnita Husnufardani)
KORWIL #5
16. Kelas Kalimantan (Fasil: Crispina Gili Sunardewita, Henifa Andriana, Siti Mashunah)
KORWIL #6
17. Kelas Sulsel (Fasil: Ririn Arian, Nayati Sirajuddin)
KORWIL #7
18. Kelas Gabungan Kota, ASEAN, NON ASEAN (Fasil: Shanty Dewi Arifin, Novi Fitriani, Rindu Rahmiasih)

Teknis Pengumpulan NHW

Cara membuat Google Dokumen (sebagai alternatif setoran dengan postingan blog), cara mendapatkan link, dan cara memendekkan link.

A. Cara membuat Google Dokumen
#1 Buat jawaban NHW di notes HP atau Microsoft Word di komputer.
#2 Buka Google Dokumen https://www.google.com/docs/about/
Dengan Google Dokumen kita bisa memilih membuat file dokumen (word), spreadsheet (excel), slide (powerpoint), atau formulir.
Untuk tugas-tugas NHW pilih Dokumen dan buka Google Dokumen.
#3 Pilih start a new document pada tipe Blank.
Copy NHW yang kita tulis sebelumnya dan paste-kan di kertas kosong yang tersedia.
#4 Beri judul dengan meng-klik Untitled Document.
Format judul yang disarankan untuk NHW: nomor NHW_NamaLengkap_kota
Contoh: NHW1_DestyEkaPutriSari_Leiden
Tadaaa.... NHW sudah siap untuk disajikan!
Jika ingin direvisi dan menambahkan sesuatu, tinggal diedit saja. Linknya tidak akan berubah. Pembaca akan selalu melihat revisi terbaru walau mendapatkan link yang sebelum revisi.

B. Cara mencopy link
#1 klik share di bagian kanan dokumen.
#2 klik Get shareable link
#3 klik copy link
Tadaaa (2)....teman-teman punya link NHW!
Kalau yang pengen rahasia-rahasiaan, bisa menambahkan e-mail orang-orang tertentu di bagian people.
Pastikan setidaknya Fasilitator, Ketua Kelas, dan Koordinator Mingguan bisa melihat NHW untuk mengecek. Karena kalau HANYA bisa dibaca oleh diri sendiri, akan dianggap BELUM mengumpulkan.

C. Cara memendekkan link
Link yang panjang, sering nggak enak dilihat. Bikin lebar kolom setoran di pendataan. Belum lagi kalau mau pamer di twitter yang terbatas hanya 140 karakter.
Jadi tolong ya, kalau bisa itu link dirapikan dulu.
Caranya cukup masuk ke https://bitly.com/.
Paste-kan link yang panjang ke kolom 'shorten' yang tersedia. Segera akan muncul link pendek yang lebih ramping dan cantik.
Tadaaa (3)....teman-teman punya link NHW yang bisa di paste-kan ke  FB grup, WA grup, dibagi ke suami atau teman-teman di sosial media.

Semoga membantu dan tidak ada lagi yang kesulitan dalam pengumpulan NHW Kelas Matrikulasi dalam minggu-minggu ke depan.
#IbuProfesional_dilarang_GAPTEK

- Shanty Dewi Arifin, Bandung